Kamis, 01 Desember 2016

Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Karena saya bekerja di lingkungan manufaktur, saya mau share sedikit pengetahuan tentang dunia manufaktur. Salah satunya adalah OEE. OEE sangat umum digunakan di belahan dunia manapun. Mungkin sebagian rekan-rekan ada yang belum familier dengan istilah OEE (Overall Equipment Effectiveness). Supaya lebih mudah dicerna, khususnya oleh rekan-rekan yang masih awam dengan istilah ini, kita buat lebih santai saja bahasa dan pembahasannya. Kalau diterjemahkan OEE artinya Efektifitas mesin atau equipment yang dimiliki secara menyeluruh. Maksdnya menyeluruh bagaimana? Menyeluruh artinya parameter ukurnya ada 3, yaitu : 
Availability, Performance dan Quality.
Semuanya dalam persen (%) ya, dan OEE adalah perkalian dari ketiga parameter di atas. 

Jadi intinya kalau ada salah satu parameter saja yang prosentasenya rendah, maka OEE dipastikan rendah.

Yuk kita bahas satu per satu tentang parameter pembentuk OEE :

1. Availability
yaitu berapa persen sih waktu mesin running terhadap schedules yang ditentukan PPIC? Maksudnya? Maksudnya, di luar jam istirahat, planned maintenance (perawatan yang direncanakan ~ bukan breakdown lho ya).

Misalkan 1 minggu kan 7 hari, mesin diplanningkan jalan 6 hari, dan ada istirahat 3x1 jam per hari. Maka Planned Time = 21 jam x 6 hari = 126 jam. Catat ya.
Lalu misalkan dalam 1 minggu ada lost time (gabungan ya) electrical breakdown, machine jam, dll (makanya harus kecatet detail) let say 6 jam. Maka uptime selama seminggu adalah 126 - 6 jam = 120 jam.
Nah berapa Availability-nya?
Availability = (uptime/planned uptime) x 100%
berarti ya (120/126) x 100% = 95.23%

2. Performance
yaitu seberapa cepat sih mesin kita berjalan (hubungannya sama speed mesin nih) dibandingkan dengan speed mesin klaim dari pabrik pembuat mesin tsb. Kalau tadi kita ngitungnya mingguan, ya ini juga mingguan. Boleh harian, boleh jam, boleh bulanan, terserah aja tergantung kebutuhan rekan-rekan.
Kalau availability kan ngitung uptime masuk di akal.. lha kalo speed mesin selama seminggu misalkan.. kan berubah2.. gimana to?
Tenaaang.. ingat, speed = output/waktu bukan?
satuannya tergantung dari mesin rekan-rekan. boleh pcs/jam, boleh meter/jam, boleh meter per menit, yg penting output dibagi satuan waktu. Saya ngga ngomongin RPM (rotation per minute) disini ya..

Misalkan.. Total output selama 6 hari on tadi adalah 1.000.000 pcs (Termasuk produk Reject ya, bukan OKnya doang), Lalu speed mesin di name plate klaim pabrik adalah 10 ribu per jam. Maka kita harus samakan dulu satuannya.
Terserah, mau dalam minggu, atau mau dalam jam. Kita ambil contoh dalam minggu aja ya biar gampang aja sih. Normalnya satuan per jam.
Tadi kan name plate mesin 10 ribu per jam, sedangkan uptime = 120 jam (inget uptime, bukan planned time ya). Maka speed target adalah 120 x 10.000 = 1.200.000 pcs/120 jam.
Sedangkan total output kita tadi hanya 1.000.000 pcs saja selama 120 jam.. Maka performance-nya adalah (1.000.000 / 1.200.000) x 100% = 83.33%

3. Quality
Paling umum dan paling tau nih pastinya, yaitu berapa persen produk yang bener-bener OK keluar dari mesin tersebut (murni keluar mesin, tidak membutuhkan rework ya). Karena kalau ada yang cacat dan harus dirework, itungannya produk gagal/reject. Walaupun bisa dirework, cuma mesin tersebut menghasilkan sesuatu yang gagal. Jadi kita itung sebagai gagal.

Misalkan hasil produk OK selama seminggu hanya 800.000, dan yang 200.000nya reject (tadi totalnya 1.000.000 (liat lagi di kolom performance biar nggak salah).
Paling simpel, maka Quality = (800.000 / 1.000.000) x 100% = 80% dapatnya..
Jadi berapa OEE kita?
OEE = availability x performance x quality
OEE = 95.23% x 83.33% x 80%
OEE = 0.9523 x 0.8333 x 0.8000 = 0.6348 atau 63.48% saja

Gampang kan? OEE ini banyak diterapkan di perusahaan-perusahaan besar yang tentunya sangat melihat mesin dan team yang menggerakkan mesin tersebut sebagai satu kesatuan aset yang harus menghasilkan efektivitas yang tinggi.

Kalau ada yang mau dikoreksi atau ditambahkan, monggo email saja ke : rautech@gmail.com

Semoga bermanfaat
(riky)

Bahan Bakar yang Cocok Untuk Kendaraan Kita



Baru-baru ini PT Pertamina meluncurkan Pertamax Turbo sebagai bahan bakar andalan mereka dan diproyeksikan menggantikan Pertamax Plus. Pertanyaannya, apakah kendaraan saya bisa menggunakan Pertamax Turbo? Simpelnya, dalam bahan bakar dikenal adanya angka oktan (octane number). Premium memiliki oktan 88, Pertalite 90, Pertamax dan Shell Super 92, Pertamax Plus dan Vpower 95, Pertamax Turbo 98, Pertamax Racing 100.

Lalu apa pengaruhnya ke mesin saya? Nah, setiap mesin memiliki rasio kompresi mesin. Ayo coba buka-buka deh brosur informasi mobil atau motor. Biasanya di kolom yang menjelaskan tentang mesin ada disitu angkanya. Memang kadang-kadang tidak tercantum, tergantung pembuat brosurnya juga. Atau rekan bisa lihat di buku manual (petunjuk) kendaraan. Kalau disitu harusnya ada. Rekan akan mendapatkan angka compression ratio seperti ini (contoh) ~ 10:1 atau 11:1, dsb.

Angka tersebut adalah angka perbandingan volume ruang bakar ketika piston berada di titik terbawah (TMB - volume tanpa kompresi, malah agak vakum karena di fase ini mesin menghirup udara maksimal dan atau mesin habis menerima ledakan) dan volume ruang bakar ketika piston berada di titik teratas (TMA - volume terkompres maksimal dan atau selesai membuang udara hasil pembakaran).

Dari sisi mesin, semakin tinggi rasio kompresi tersebut (perbandingan volume) maka semakin tinggi kompresi di ruang bakar. Sedangkan dari sisi bahan bakar, semakin tinggi nilai oktan bahan bakar maka semakin tinggi pulalah kemampuannya untuk menahan kompresi (tekanan) yang tinggi dari mesin sebelum bahan bakar tersebut terbakar sebelum dilecut api dari busi. Mudah-mudahan sudah mulai terbayang.

Idealnya, ketika terjadi kompresi maksimal di mesin, busi melecut api, terjadi ledakan dan mendorong piston sehingga menggerakkan kruk as dan seterusnya. Memang disini ada peran dari timing pengapian, jadi selain oktan bahan bakar yang harus pas, timing pengapian pun harus pas. Mobil modern biasanya sudah dilengkapi anti-knocking sensor. Tugasnya sederhana, sensor tersebut akan mendeteksi pembakaran/ledakan sebelum piston mencapai puncak. Kalau hal tsb terjadi, maka timing pengapian akan dirubah sampai sesuai (hanya fine tuning saja), mesin tetap tidak akan bekerja sesuai performa terbaiknya.

Kalau begitu, isi bensin Oktan tinggi aja dong..?
Bukan begitu juga.. kalau oktan bahan bakar terlalu tinggi, kecenderungannya akan lebih sulit dibakar (pada kompresi terlalu rendah). Kebakar sih kebakar (toh bensin nggak perlu media untuk bisa terbakar), tapi daya ledaknya nggak semaksimal kalo ada di kompresi yang sesuai. Efeknya, tenaga juga ngga optimal bahkan bukan tidak mungkin ada residu bahan bakar yang nggak kebakar sempurna yang akhirnya menimbulkan kerak.. jadi timbul masalah baru deh. So, pastikan bahan bakat yang digunakan sesuai.. yang pas pas aja.. jangan terlalu ngirit, jangan berlebihan juga.

Berikut adalah tabel perbandingan rasio kompresi dan bahan bakar dengan oktan yang sesuai. Saya ambil dari kompasiana (klik untuk melihat sumber). Sebetulnya ada banyak versi, cuma saya ambil yang umum saja, karena saya pun tidak punya pengetahuan gimana membuat tabel seperti ini.


Monggo..

Rasio Kompresi   ~  Oktan (Minimal - Maksimal)
8 : 1   ~   87 - 92
9 : 1   ~   89 - 96
10 : 1   ~   92 - 100
11 : 1   ~   96 - 102
12 : 1   ~   100 - 108

Semoga tulisan pertama saya bisa jadi sharing yang bermanfaat buat pembaca. Kalau ada yang mau ditambahkan atau dikoreksi, saya tunggu feedbacknya di email : rautech@gmail.com

Terima kasih
(riky)

ThinkPad punya tempat spesial di hati para penggunanya

Terinspirasi oleh kotak nasi bento khas Jepang,  IBM ThinkPad  dari Amerika memulai suksesnya pada tahun 1990 sebelum akhirnya IBM diaku...